1. Sekilas Sejarah.
Sebagai manusia yang beradab, kita tidak boleh melupakan sejarah kehidupan manusia terdahulu. Apabila dikaji dengan matang, dari setiap peristiwa sejarah kita akan dapat memetik pelajaran yang berharga. Kita dapat mengambil hikmah dari nilai kemanusiaan yang tersembunyi di balik peristiwa masa lampau. Jika diresapi dengan pemahaman yang lebih dalam, sudah tentu akan memberikan pengaruh yang berarti terhadap arah hidup kita di hari yang akan datang.
Peristiwa-peristiwa yang mengandung nilai sejarah, akan membawa pengaruh dengan segala akibatnya, bahkan ada kemungkinan dapat berpengaruh besar terhadap adanya perubahan jalan sejarah kehidupan suatu bangsa atau umat manusia. Sejarah dalam arti yang sesungguhnya bukan hanya sekedar suatu cerita masa lampau yang memuat silsilah asal-usul keturunan dari sekelompok masyarakat tertentu, tetapi jauh lebih luas dari pada itu.
Oleh karena itu hidup manusia selalu berada dalam tatanan sejarah, manusia adalah mahluk terbaik ciptaan Tuhan yang senantiasa membuat sejarah, memiliki sejarah dan sekaligus menjadi pelaku sejarah. Sejarah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia.
Menurut pendapat para ahli bahasa, istilah sejarah berasal dari bahasa Arab yaitu Syajara yang berarti pohon atau asal usul, sedangkan yang dimaksud dengan History, mengandung arti cerita masa lampau. Bertitik tolak dari pengertian ini, dalam kehidupan sehari-hari, maka yang dimaksud dengan sejarah adalah suatu cerita masa lampau tentang kehidupan umat manusia, yang akan selalu mengikuti kehidupan berikutnya dan melekat pada setiap aktivitas manusia yang hidup di masa kini dan yang akan hidup di masa yang akan datang.
Dari pengetahuan sejarah, kita dapat mempelajari proses perubahan kehidupan manusia dan lingkungannya melalui dimensi waktu, ruang atau tempat dan peristiwa yang pernah terjadi.
Sejarah merupakan gambaran masa lampau yang dibuat oleh manusia sekarang menjadi suatu cerita, dengan merangkaikan segala peristiwa yang pernah terjadi pada waktunya di tempat tertentu menjadi satu keseluruhan tindakan manusia yang utuh dan benar. Jadi sejarah ini merupakan rekonstruksi peristiwa yang pernah terjadi yang meninggalkan jejak-jejak masa lampau sebagai bukti atas pernah terjadinya sesuatu peristiwa.
Berdasarkan kepada jejak-jejak yang ditemukan, maka diungkapkan fakta-fakta untuk kemudian direkonstruksi menjadi sejarah yang utuh untuk dikaji permasalahannya dan perkembangannya dari masa lampau sampai masa kini, untuk dijadikan landasan kehidupan di masa datang.
Masa lampau kehidupan manusia senantiasa dijadikan peringatan yang dapat memberikan pengalaman dan pelajaran serta kesan, agar menjadi peringatan bagi setiap manusia dalam bersikap dan beraktivitas.
Berpangkal tolak kepada pemikiran seperti yang telah diuraikan di atas, maka dalam merekonstruksi semua peristiwa yang tidak pernah kita saksikan secara langsung, sudah pasti banyak kelemahan dan kekurangannya, meskipun penyusun sudah berusaha untuk berbuat secermat dan seobyektif mungkin. Masalah subyektifitas tetap akan terjadi, tidak mungkin akan bisa dihindari.
2. Pengertian Cikal Bakal
Menurut pengertian bahasa yang digunakan dalam kehidupan masyarakat kita sehari-hari, yang dimaksud dengan cikal adalah suatu bibit pohon kelapa yang masih kecil, biasanya disebut dengan istilah tunas. Di samping istilah cikal, adapula digunakan istilah cikal bakal yang mengandung perbedaan arti dan berbeda pula dalam penempatannya.
Yang dimaksud dengan cikal bakal dalam pembahasan di sini adalah orang yang mula-mula mendirikan suatu tempat pemukiman atau pedukuhan atau perkampungan atau suatu desa, dan orang yang bersangkutan dipandang oleh masyarakatnya menjadi tokoh yang dihormati dan disegani oleh masyarakat di sekitarnya.
Sejalan dengan pengertian di atas, maka yang disebut cikal bakal adalah perintis dan pendiri pertama dan yang mengembangkan pembangunan di wilayah itu serta didukung oleh masyarakatnya, sehingga dia diangkat menjadi sesepuh yang terkemuka dan dia pulalah yang dianggap menurunkan generasi berikutnya, biasanya oleh keturunanya dianggap sebagai nenek moyang masyarakat setempat.
3. Pengertian Istilah Subang
Subang sekarang ini adalah nama suatu tempat pemukiman atau salah satu perkampungan terbesar di Kecamatan Subang yang berfungsi sebagai Ibu Kota Desa dan Ibu Kota Kecamatan Subang, di Kabupaten Kuningan yang berlokasi di wilayah Selatan, tempat berdirinya salah satu dari empat buah Monumen Nasional Perang Rakyat Semesta. Sebelum berlakunya otonomi daerah, kecamatan Subang dipimpin oleh Asisten Wedana, yang termasuk kedalam wilayah Kewedanan Luragung yang dipimpin oleh Wedana.
Penggunaan istilah Subang di samping sebagai nama tempat pemukiman, digunakan juga untuk nama salah satu sungai yaitu sungai Cisubang yang membelah Desa Pamulihan dengan Desa Jatisari. Selain dari pada itu dipakai pula menjadi nama suatu gunung yaitu gunung Subang yang menjadi hulu sungai Cisubang di Desa Legokherang, yang menjulang tinggi pada salah satu titik garis perbatasan antara Provinsi Jawa Barat dan Jawa Tengah.
Penggunaan istilah Subang dipakai juga di tempat lain yaitu nama dari salah satu Kabupaten di wilayah Provinsi Jawa Barat. Bahkan di luar pulau Jawapun istilah Subang ini oleh para transmigran swakarsa yang berasal dari Subang digunakan menjadi nama suatu desa yaitu Subang Jaya yang berada di Kecamatan Bandar Surabaya di wilayah Provinsi Lampung.
Di luar negeripun yaitu di Negara Tetangga Kita Malaysia ada istilah Subang Jaya yang digunakan untuk nama suatu tempat proyek pengembangan ekonomi dan istilah Subang digunakan juga sebagai nama sebuah pelabuhan udara.
Bahkan pada zaman dahulu kala pernah digunakan juga untuk nama seorang wanita yaitu Nyi Ratu Subang Larang keturunan Raja-raja Pajajaran dan menjadi prameswari Ratu Agung Pajajaran di tanah Sunda yang bernama Sri Ratu Dewata Wisesa yang mashur disebut Sri Maha Prabu Siliwangi. Dari Prameswari Nyi Ratu Subang Larang, Prabu Siliwangi berputra dua orang, satu orang laki-laki bernama Walang Sungsang yang bergelar Pangeran Cakra Buana dan satu lagi adiknya perempuan bernama Nyi Ratu Mas Rara Santang. Kedua putra dari Nyi Ratu Subang Larang dan keturunannya aktif dalam menyiarkan agama Islam di Kesultanan Cirebon.
Subang dalam bahasa Indonesia mengandung arti Giwang yaitu alat perhiasan wanita yang terbuat dari emas, biasanya dipasang di sebelah kiri dan kanan daun telinga. Giwang bagaikan bunga yang sedang mekar berbentuk bundar pipih, yang bertatahkan butir-butir permata. Permata Subang biasanya dibuat dari pada sejenis berlian atau permata lainnya. Oleh karena itu apabila pemakai Subang ini bergerak akan memancarkan sinar yang gemerlapan, apalagi kalau terkena pancaran sinar matahari akan memantulkan cahaya yang berkilau-kilau. Hal ini terpancar sebagai akibat dari banyaknya sudut batu-batu permata berlian yang membentuk bunga mekar yang menempel di Giwang itu.
Selain berarti Giwang, ada juga digunakan istilah subang yang menunjukkan alat perhiasan yang dipasang pada daun telinga wanita juga, namun terbuat dari daun tebu atau daun lontar yang dipotong pendek-pendek dan kecil, dimasukkan di lubang daun telingan wanita sebagai perhiasan manusia di masa lampau.
Menurut keterangan sebagian dari orang tua, bahwa istilah Subang itu sebenarnya berasal dari kata Suban, yang diambil dari istilah aslinya Susuuban. Susuuban secara harfiahnya mengandung arti, suatu rembesan air yang mengalir secara perlahan dan halus melalui lubang pori-pori yang kecil dari tempat lain.
Di dalam bahasa kita terdapat istilah Suban yaitu serpihan kayu atau selumbar yang bertebaran, biasanya disebut tatal penarahan. Selain daripada itu Suban digunakan juga untuk menunjukkan pecahan kaca yang berserakan
Peristiwa-peristiwa yang mengandung nilai sejarah, akan membawa pengaruh dengan segala akibatnya, bahkan ada kemungkinan dapat berpengaruh besar terhadap adanya perubahan jalan sejarah kehidupan suatu bangsa atau umat manusia. Sejarah dalam arti yang sesungguhnya bukan hanya sekedar suatu cerita masa lampau yang memuat silsilah asal-usul keturunan dari sekelompok masyarakat tertentu, tetapi jauh lebih luas dari pada itu.
Oleh karena itu hidup manusia selalu berada dalam tatanan sejarah, manusia adalah mahluk terbaik ciptaan Tuhan yang senantiasa membuat sejarah, memiliki sejarah dan sekaligus menjadi pelaku sejarah. Sejarah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia.
Menurut pendapat para ahli bahasa, istilah sejarah berasal dari bahasa Arab yaitu Syajara yang berarti pohon atau asal usul, sedangkan yang dimaksud dengan History, mengandung arti cerita masa lampau. Bertitik tolak dari pengertian ini, dalam kehidupan sehari-hari, maka yang dimaksud dengan sejarah adalah suatu cerita masa lampau tentang kehidupan umat manusia, yang akan selalu mengikuti kehidupan berikutnya dan melekat pada setiap aktivitas manusia yang hidup di masa kini dan yang akan hidup di masa yang akan datang.
Dari pengetahuan sejarah, kita dapat mempelajari proses perubahan kehidupan manusia dan lingkungannya melalui dimensi waktu, ruang atau tempat dan peristiwa yang pernah terjadi.
Sejarah merupakan gambaran masa lampau yang dibuat oleh manusia sekarang menjadi suatu cerita, dengan merangkaikan segala peristiwa yang pernah terjadi pada waktunya di tempat tertentu menjadi satu keseluruhan tindakan manusia yang utuh dan benar. Jadi sejarah ini merupakan rekonstruksi peristiwa yang pernah terjadi yang meninggalkan jejak-jejak masa lampau sebagai bukti atas pernah terjadinya sesuatu peristiwa.
Berdasarkan kepada jejak-jejak yang ditemukan, maka diungkapkan fakta-fakta untuk kemudian direkonstruksi menjadi sejarah yang utuh untuk dikaji permasalahannya dan perkembangannya dari masa lampau sampai masa kini, untuk dijadikan landasan kehidupan di masa datang.
Masa lampau kehidupan manusia senantiasa dijadikan peringatan yang dapat memberikan pengalaman dan pelajaran serta kesan, agar menjadi peringatan bagi setiap manusia dalam bersikap dan beraktivitas.
Berpangkal tolak kepada pemikiran seperti yang telah diuraikan di atas, maka dalam merekonstruksi semua peristiwa yang tidak pernah kita saksikan secara langsung, sudah pasti banyak kelemahan dan kekurangannya, meskipun penyusun sudah berusaha untuk berbuat secermat dan seobyektif mungkin. Masalah subyektifitas tetap akan terjadi, tidak mungkin akan bisa dihindari.
2. Pengertian Cikal Bakal
Menurut pengertian bahasa yang digunakan dalam kehidupan masyarakat kita sehari-hari, yang dimaksud dengan cikal adalah suatu bibit pohon kelapa yang masih kecil, biasanya disebut dengan istilah tunas. Di samping istilah cikal, adapula digunakan istilah cikal bakal yang mengandung perbedaan arti dan berbeda pula dalam penempatannya.
Yang dimaksud dengan cikal bakal dalam pembahasan di sini adalah orang yang mula-mula mendirikan suatu tempat pemukiman atau pedukuhan atau perkampungan atau suatu desa, dan orang yang bersangkutan dipandang oleh masyarakatnya menjadi tokoh yang dihormati dan disegani oleh masyarakat di sekitarnya.
Sejalan dengan pengertian di atas, maka yang disebut cikal bakal adalah perintis dan pendiri pertama dan yang mengembangkan pembangunan di wilayah itu serta didukung oleh masyarakatnya, sehingga dia diangkat menjadi sesepuh yang terkemuka dan dia pulalah yang dianggap menurunkan generasi berikutnya, biasanya oleh keturunanya dianggap sebagai nenek moyang masyarakat setempat.
3. Pengertian Istilah Subang
Subang sekarang ini adalah nama suatu tempat pemukiman atau salah satu perkampungan terbesar di Kecamatan Subang yang berfungsi sebagai Ibu Kota Desa dan Ibu Kota Kecamatan Subang, di Kabupaten Kuningan yang berlokasi di wilayah Selatan, tempat berdirinya salah satu dari empat buah Monumen Nasional Perang Rakyat Semesta. Sebelum berlakunya otonomi daerah, kecamatan Subang dipimpin oleh Asisten Wedana, yang termasuk kedalam wilayah Kewedanan Luragung yang dipimpin oleh Wedana.
Penggunaan istilah Subang di samping sebagai nama tempat pemukiman, digunakan juga untuk nama salah satu sungai yaitu sungai Cisubang yang membelah Desa Pamulihan dengan Desa Jatisari. Selain dari pada itu dipakai pula menjadi nama suatu gunung yaitu gunung Subang yang menjadi hulu sungai Cisubang di Desa Legokherang, yang menjulang tinggi pada salah satu titik garis perbatasan antara Provinsi Jawa Barat dan Jawa Tengah.
Penggunaan istilah Subang dipakai juga di tempat lain yaitu nama dari salah satu Kabupaten di wilayah Provinsi Jawa Barat. Bahkan di luar pulau Jawapun istilah Subang ini oleh para transmigran swakarsa yang berasal dari Subang digunakan menjadi nama suatu desa yaitu Subang Jaya yang berada di Kecamatan Bandar Surabaya di wilayah Provinsi Lampung.
Di luar negeripun yaitu di Negara Tetangga Kita Malaysia ada istilah Subang Jaya yang digunakan untuk nama suatu tempat proyek pengembangan ekonomi dan istilah Subang digunakan juga sebagai nama sebuah pelabuhan udara.
Bahkan pada zaman dahulu kala pernah digunakan juga untuk nama seorang wanita yaitu Nyi Ratu Subang Larang keturunan Raja-raja Pajajaran dan menjadi prameswari Ratu Agung Pajajaran di tanah Sunda yang bernama Sri Ratu Dewata Wisesa yang mashur disebut Sri Maha Prabu Siliwangi. Dari Prameswari Nyi Ratu Subang Larang, Prabu Siliwangi berputra dua orang, satu orang laki-laki bernama Walang Sungsang yang bergelar Pangeran Cakra Buana dan satu lagi adiknya perempuan bernama Nyi Ratu Mas Rara Santang. Kedua putra dari Nyi Ratu Subang Larang dan keturunannya aktif dalam menyiarkan agama Islam di Kesultanan Cirebon.
Subang dalam bahasa Indonesia mengandung arti Giwang yaitu alat perhiasan wanita yang terbuat dari emas, biasanya dipasang di sebelah kiri dan kanan daun telinga. Giwang bagaikan bunga yang sedang mekar berbentuk bundar pipih, yang bertatahkan butir-butir permata. Permata Subang biasanya dibuat dari pada sejenis berlian atau permata lainnya. Oleh karena itu apabila pemakai Subang ini bergerak akan memancarkan sinar yang gemerlapan, apalagi kalau terkena pancaran sinar matahari akan memantulkan cahaya yang berkilau-kilau. Hal ini terpancar sebagai akibat dari banyaknya sudut batu-batu permata berlian yang membentuk bunga mekar yang menempel di Giwang itu.
Selain berarti Giwang, ada juga digunakan istilah subang yang menunjukkan alat perhiasan yang dipasang pada daun telinga wanita juga, namun terbuat dari daun tebu atau daun lontar yang dipotong pendek-pendek dan kecil, dimasukkan di lubang daun telingan wanita sebagai perhiasan manusia di masa lampau.
Menurut keterangan sebagian dari orang tua, bahwa istilah Subang itu sebenarnya berasal dari kata Suban, yang diambil dari istilah aslinya Susuuban. Susuuban secara harfiahnya mengandung arti, suatu rembesan air yang mengalir secara perlahan dan halus melalui lubang pori-pori yang kecil dari tempat lain.
Di dalam bahasa kita terdapat istilah Suban yaitu serpihan kayu atau selumbar yang bertebaran, biasanya disebut tatal penarahan. Selain daripada itu Suban digunakan juga untuk menunjukkan pecahan kaca yang berserakan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar